Mengkoleksi barang antik, barang langka membutuhkan ketelatenan yang cukup besar. Mengkoleksi suatu barang biasanya tidak terlepas dari hobi yang dimilikinya. Kalau sudah menyangkut hobi, urusan modal atau harga dan biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan mempercantik barang koleksi tidak bisa dibandingkan dengan nilai harga barang lain apalagi dengan harga beras.
Tidak bisa dibayangkan seorang penggemar sepeda motor honda CB mengeluarkan ongkos hingga 10 juta hanya untuk menuruti hasrat merawat dan memodifikasi CB-nya. Padahal dia beli CB itu dulunya cuman 2,5 juta (sepeti saya baca di sebuah majalah otomotif tapi lupa namanya). Rp 10 juta ditambah 2,5 juta = 12,5 juta hampir sebanding dengan harga motor GL Max baru yang masih kinyis-kinyis. Sungguh tidak masuk akal. Apakah bisa dibilang ini pemborosan atau orang gak waras ?. Mungkin iya karena ongkos yang sangat mahal jika dilihat dari kacamata dapur. Tapi dari sisi kepuasan yang diraih si penggila motor CB tadi dengan hasil modifikasinya, rasanya tidak bisa disetarakan dengan rupiah yang dikeluarkan.
Itulah yang namanya hobi, apapun akan dilakukan, berapapun akan dikeluarkan, mahalpun akan dibeli demi kepuasan hawa hobi.
Tidak beda dengan penggila sepeda onthel yang sekarang lagi marak di tanah air. Melihat onthel yang menarik rasanya seperti "kemecer" ingin memiliki. Seperti melihat Sandra Dewi atau Luna Maya (lagi-lagi Luna Maya, awas terkena rrRaccoonnn onthel..)
Gak inget lagi dirumah sudah berjubel sepedah onthel yang dipunyai.
Gak inget lagi dirumah sudah berjubel sepedah onthel yang dipunyai.
Seperti saat melihat koleksi peng-GANDRUNG onthel pakde Mulyadi Lubis. Ada sepeda yang membuat saya bingung. Seperti sepeda Jengki tapi jelas bukan, kelihatan kayak onthel kebo tapi masak iya. Gak tahulah ini sepeda apa. Tidak ada petunjuk yang jelas hanya ada tulisan di tromol belakang tapi sayangnya saya lupa karna waktu motret memori kamera habis dan tidak saya catat tulisannya. Yang saya inget ada stiker pajak tahun 1953 dan 1960 nempel dibodinya.
Garpu depan rangkap dua (sayang fotonya agak gelap). Diragangan tengah jarak antara sisi atas dan bawah sangat tidak umum, ini yang bikin saya yakin bukan model sepeda Jengki. Beberapa asesoris onthel ikut melengkapi, seperti lampu belakang, klunthungan sapi made in Thailand yang nggantung di lampu depan yang unik, sadel tuebal yang tidak match (serasi) dengan ukuran sepeda.
Ada asesoris onthel lain yang saya sampai terkekeh ketawa dan geleng-geleng. Tas kulit dibelakang keliatan sepuh/tua dan bernuansa DOELOE serta diatasnya ada tembak jadul menghadap kebelakang (menghadang musuh dari belakang ??) atau kalau diperlukan bisa di panggul di pundak pengonthel. ....Ampuh tenan.
Tapi tetap saja bikin bingung ini sepeda apa. Barangkali para onthelis punya review atau masukan akan sangat membantu saya. Pakde Mul punya sebutan khusus untuk sepeda ini, pakde menyebutnya sepeda wandu (wandu = tidak laki-laki juga tidak perempuan alias bencong). Hah ada-ada ajah pakde ini.